Tips Memotret Manusia Saat Travelling

Artikel berikut ini masih melanjutkan tentang tips fotografi travel sebelumnya. Namun pada artikel kali ini akan lebih spesifik membahas tentang tips memotret manusia saat bepergian atau travelling.

Masalah bahasa biasanya menjadi persoalan utama ketika kita sedang melancong atau traveling ke suatu wilayah, terutama saat hendak memotret orang-orang yang kita temui. Gara-gara itu, tak jarang kita pun menjadi tidak pede untuk berkomunikasi atau melakukan pendekatan personal dengan mereka.

Namun, tahukah Anda bahwa bahasa itu tidak verbal saja, melainkan juga non-verbal? Yang lebih mencengangkan, ternyata keberhasilan komunikasi justru didominasi oleh bahasa non-verbal. Dari sebuah penelitian diperoleh hasil bahwa hampir 60% keberhasilan itu ditentukan oleh bahasa non-verbal, 30 % oleh intonasi suara atau vokal, dan 10% oleh bahasa verbal.

tips motret orang saat melancong

Kesimpulannya, kita tidak perlu merasa ragu atau tidak percaya diri untuk membangun komunikasi dengan siapapun di tempat-tempat yang kita kunjungi. Setidaknya itulah yang sering dilakukan banyak orang fotografer ketika traveling ke berbagai daerah baik di dalam maupun luar negeri.

Tips Memotret Manusia Saat Travelling

3 Kata-kata Ajaib
Ada tiga kata penting yang biasanya digunakan untuk membangun komunikasi, yaitu terima kasih (thanks/ thank you), maaf (sorry) dan tolong (please). Untuk keperluan photo trip, tiga kata ajaib tersebut bisa saja dimodifikasi seperti ini: “halo, apa kabar?,” “maaf” dan “terima kasih”.

Setiap orang akan lebih merasa dekat ketika kita ajak bertegur sapa dengan bahasa (daerah) mereka. Meskipun kita mengucapkannya dengan terbata-bata atau sedikit salah, mereka akan lebih menghargai kita.
Cobalah untuk menguasai minimal tiga sapaan tersebut dalam bahasa daerah yang kita kunjungi. Rasakan keajaiban dalam diri kita bahwa kita akan lebih percaya diri dalam mendekati mereka, dan mereka pun akan lebih mudah akrab dengan kita. Dengan begitu, kita akan lebih mudah untuk memotret tanpa membuat mereka marah atau curiga terhadap kita.

Mengapa kita harus repot-repot menyiapkan komunikasi sedemikian rupa, padahal kita hanya bermaksud memotretnya? Dalam tips memotret orang, hal utama yang harus kita perhatikan adalah personality, itulah yang membedakan dari subyek-subyek lainnya. Kita tidak hanya memotret wajah dan tubuhnya saja, tetapi juga jiwa, emosi dan karakternya.

Bahasa Tubuh Saat Berkomunikasi
Selain kata-kata ajaib tadi, bahasa tubuh juga punya peran penting dalam membangun komunikasi ketika memotret manusia saat travelling. Kita perlu membiasakan diri menggunakan gerakan- gerakan di wajah (termasuk senyum), tangan atau badan ketika berbicara atau berkomunikasi dengan orang lain. Ini akan menjadikan suasana lebih hangat/akrab, bayangkan betapa kakunya bila kita hanya bicara tanpa disertai gerakan-gerakan tersebut.

Ketika kita mendengarkan penjelasan dari lawan bicara, kita harus menunjukkan bahwa kita memperhatikan secara seksama dengan menggunakan bahasa tubuh, misalnya dengan memosisikan tangan lebih menyatu ke badan, serta wajah yang konsentrasi memperhatikannya.

Selanjutnya, kita juga perlu belajar memahami bahasa tubuh yang menjadi ciri khas daerah yang kita tuju.
Di Jepang, misalnya, saat mengucapkan terima kasih atau selamat tinggal, kita perlu membungkuk agak dalam beberapa kali. Di India, kita perlu menggelengkan kepala untuk mengiyakan, atau di Thailand, kita sebaiknya menangkupkan telapak tangan saat bertemu atau mengucapkan terima kasih. Jadi, tiga kata ajaib dan bahasa tubuh mampu membuat kita akrab, dan juga membuat saya bisa memotret mereka dengan baik.

Jadikan Teman
Menjadikan orang yang kita temui sebagai teman juga bisa memperlancar jalinan komunikasi kita, termasuk dalam urusan potret-memotret. Ketika kita ingin memotret seorang penjual cendera mata, misalnya, mungkin kita perlu membeli dagangannya terlebih dulu sambil menjalin komunikasi sampai terjalin keakraban layaknya teman. Barulah setelah itu kita meminta izin untuk memotretnya.

Contoh lainnya, selagi kita menjadi pelanggan di sebuah restoran atau rumah makan tradisional, manfaatkan waktu untuk berkenalan dengan pelayan atau pengelolanya. Di saat sudah akrab, kita baru meminta izin untuk memotret subyek-subyek yang ada di situ, seperti makanan, orang-orangnya sampai dapurnya. Perlihatkan beberapa jepretan kita yang menarik kepada mereka. Kalau mereka menginginkan gambarnya, kita cukup meminta e-mail mereka untuk mengirim foto-foto yang diinginkan di kemudian hari.

Semi Otomatis
Dari berbagai pengalaman traveling, kemampuan non-teknis, seperti membangun komunikasi, memang lebih menentukan keberhasilan kita dalam mendapatkan gambar-gambar terbaik. Keakraban yang terbangun akan membuat kita lebih leluasa dalam melakukan pemotretan, termasuk dalam memilih angle atau memposisikan diri kita untuk mendapatkan titik pemotretan terbaik. Bahkan apa yang disebut decisive moment pun mungkin bisa kita dapatkan gambarnya.

Dalam memotret manusia saat traveling, seringkali memilih mode semi otomatis seperti mode “A” (Aperture Priority) dan ISO yang paling aman, sehingga saya tinggal menentukan aperture-nya dan kamera yang akan menentukan kecepatan rananya. Dengan demikian, kita bisa lebih banyak berkonsentrasi untuk mencari angle yang akan membangun komposisi-komposisi kreatif, serta siap menangkap momen yang mungkin terjadi, dan mungkin hanya berlangsung sepersekian detik.

Tips Memotret Manusia Saat Travelling |Lensa Kita |4.5 |