Belajar Fotografi Untuk Mengantisipasi Momen

Artikel tips fotografi kali ini tentang Belajar Fotografi Untuk Mengantisipasi Momen. Fotografer harus selalu memegang kamera mereka pada posisi “waspada” untuk memungkinkan mereka menangkap momen menarik. Kiranya semua fotografer paham bahwa momen dan kesempatan selalu datang dalam kurun waktu yang sangat pendek. Inilah yang membuat mereka senantiasa sigap demi mengabadikan kejadian atau momen yang kadang-kadang tak datang untuk kedua kalinya.

Dari halaman rumah sendiri, pantai, puncak gunung, hingga suatu kedalaman di tengah lautan, kamera digital senantiasa diposisikan untuk “siap tembak”. Tentu saja saat belajar fotografi seperti ini harus didukung kejelian mereka dalam mengamati suatu peristiwa sehingga tahu kapan tombol rana harus dipencet, sampai akhirnya tercipta foto yang menawan, bahkan menakjubkan, baik itu dari momennya sendiri, pencahayaan, komposisi maupun elemen-elemen fotografis lainnya.

Foto-foto yang tersuguh di sini merupakan karya sejumlah fotografer, yang dengan upaya masing-masing telah berhasil menangkap momen- momen menarik. Contoh-contoh berikut ini sangat cocok untuk mempraktekkan tips fotografi yang Anda dapatkan. Memang, ada peristiwa yang sudah “dirancang” guna menghasilkan momen menarik untuk dijepret. Namun, ada yang terjadi tiba-tiba dan seketika itu pula momen yang indah itu berhasil ditangkap kamera.

Foto Refleksi Ikan Lele Foto oleh A. Rully Trisaputra

“Saya reflek saja mengarahkan moncong lensa,” tutur A. Rully Trisaputra, menceritakan foto karyanya tentang ikan lele berwarna kuning keemasan. Foto tersebut ia ambil pada sore hari di kolam ikan yang terdapat di halaman rumahnya.

Saat itu, Rully berkisah, ia sedang berada di dekat kolam dan melihat ikan lele itu, yang setelah diamati ternyata sangat senang bermain di tetesan air pembuangan AC. Setiap ada tetesan, ikan tersebut langsung mendekati. Kondisi pencahayaan dari sinar matahari sore dan pantulan warna- warni di air sepertinya menggelitik Rully untuk membidiknya, dan tentu saja disertai pengukuran eksposur yang seimbang antara shadow, midtone dan highlight dari sinar matahari (available light).

Foto Kegiatan Suku Tengger Foto oleh Rocky Pesik

Di kawasan Bromo, Achmad Munasit dan Rocky Pesik mendapatkan dua momen yang berlainan, dan kedua foto itu kebetulan tidak menyodorkan keindahan lansekap gunung yang ada di Jawa Timur itu.

Achmad Munasit mengambil foto orang Tengger dan kudanya itu di suatu pagi pada September tahun lalu, yang sekaligus merupakan kunjungan pertamanya ke Bromo. Selain lansekap Gunung Bromo yang sudah tersohor itu, dia juga tertarik mengeksplorasi sisi lainnya. “Ternyata aktifitas suku Tengger di pagi hari dengan kudanya begitu menarik perhatian karena terlihat indah dan eksotis,” ujarnya.

Di pagi yang lain di kawasan yang sama, Rocky Pesik mencoba mencari komposisi dari bukit-bukit pasir yang terbentang di depannya. Tiba-tiba pandangannya menangkap sekelompok wisatawan sedang mendaki salah satu bukit pasir. Karena dianggapnya menarik, ia langsung membidikkan kameranya. “Karena pemandangan ini memiliki foreground dan background yang menarik berupa bukit-bukit pasir, saya menentukan bahwa saya menggunakan metering ESP/Matrix dan mode Aperture Priority,” kata Rocky.

Foto hius paus yang sedang membuka lebar mulutnya Foto oleh Toar Pantouw

Toar Pantouw, di kedalaman sekitar 8 meter dari permukaan air laut, mendapatkan momen yang disebutnya sebagai kejutan. Pasalnya, baru pertama kali itu dia bisa bertemu dengan hiu paus (Rhincodon typus). Foto hius paus yang sedang membuka lebar mulutnya itu ia peroleh ketika melakukan kegiatan menyelam di Teluk Cendrawasih, Nabire, Papua Barat. “Bertemu dengan hiu paus merupakan momen yang sangat langka,” kata Toar yang menggunakan lensa 10mm untuk memotretnya, dengan setelan f/8, kecepatan 1/80 dan ISO 100 pada kamera, “Speed 1/80 cukup ideal berhubung pergerakan hiu paus tidak terlalu cepat.”

Foto kemeriahan sekelompok anak Ambon Foto oleh Kristupa Saragih

Sementara itu, cuaca cerah dengan langit biru di dermaga Pantai Liang, Ambon, ditambah kemeriahan sekelompok anak yang sedang bermain, mendorong Kristupa Saragih untuk membidik dan mengantisipasi kemungkinan mereka terjun ke laut. Dan, perkiraan itu benar. “Low angle dipilih untuk menguatkan kesan ketinggian melompat,” jelasnya.

Foto Kegiatan warga Budhis Foto oleh Arnov Setyanto

Kegiatan warga Budhis menjadi bidikan Arnov Setyanto dan Dwi Ardhanto Danuswara. Ini dua aktifitas yang berbeda, dan juga terjadi di negara yang berbeda, yakni Myanmar dan Indonesia. Di dalam sebuah pagoda yang terletak di kota Bagan, sekitar 360 km dari Yangon, Arnov memotret tiga bikhu muda yang sedang menyalakan lilin di depan patung Budha tidur.

Menurutnya ini merupakan momen yang sangat sulit ditemui di negara lain. Selain pencahayaan (available light) yang sangat minim, ruang gerak di dalam pagoda juga sangat terbatas sehingga tak memungkinkan dirinya “untuk melakukan eksplorasi komposisi dengan baik.” Penggunaan lensa super-lebar menjadi keharusan.

Foto perayaan Waisak Foto oleh Dwi Ardhanto

Lain halnya dengan Dwi Ardhanto, ia punya ruang gerak yang leluasa lantaran peristiwanya terjadi di pelataran Candi Borobudur, Jawa Tengah, saat perayaan Waisak tahun ini. Acara pelepasan lampion yang dimaknai sebagai penghantaran doa menjadi momen yang dinanti. Dwi sempat berjalan mondar-mandir mencari orang-orang yang siap melepas lampion, dan juga mencari sudut pemotretan yang tepat. Kala itu bulan tepat berada di atas Borobudur. Dengan angle yang ia ambil, lampion-lampion itu seakan terbang menuju bulan.

Foto cipratan air Foto oleh Dwi Ardhanto Danuswara

Sebagaimana telah disampaikan sebelumnya, ada peristiwa yang “dirancang,” tapi tetap butuh keterampilan untuk menangkap momen puncaknya. Ini bisa disimak pada tiga foto, yang masing-masing menggambarkan dua lelaki yang sedang bertarung oleh Achmad Munasit, cipratan air biru-hijau-merah oleh Dwi Ardhanto Danuswara, dan penari balet yang sedang beraksi hasil jepretan Joni Irwanto.

Foto lelaki yang sedang bertarung Foto oleh Achmad Munasit

Joni menjelaskan, fotonya tidaklah diambil di saat pertunjukan tari balet, tapi digarap dalam sesi pemotretan khusus. Meskipun demikian, yang menjadi modelnya adalah seorang balerina profesional.

Foto Tari Balet Foto oleh Joni Irwanto

“Kondisi ruangan pada saat pemotretan dikondisikan agak gelap agar gerakan (motion) dapat terekam dengan baik. Arah pencahayaan dan kekuatannya juga diatur secara maksimal agar gerakan final pada saat loncat dapat terekam dengan tajam dan bersih,” papar Joni seraya menambahkan, “Pemotretan dilakukan menggunakan metode bulb dengan pengaturan flash trigger secara manual”. Baca lebih lanjut tentang Panduan Shutter Speed Untuk Pemula.

Semoga artikel Belajar Fotografi Untuk Mengantisipasi Momen ini bisa berguna. Selamat memotret teman !

Belajar Fotografi Untuk Mengantisipasi Momen |Lensa Kita |4.5 |